Kamis, 12 Juni 2008

Awas, Setiap Kayu Beracun!


Banyak artikel telah menuliskan tentang bahaya penggunaan zat kimia dalam proses finishing produk kayu. Namun demikian, tidak banyak yang menuliskan seberapa tingkat bahaya kayu itu sendiri, terutama pada manusia, yang dalam hal ini berperan sebagai ‘pemroses’ dan ‘pemakai’ produk kayu. Tujuan tulisan ini bukan untuk menakut-nakuti pembaca, namun justru untuk memberikan informasi tentang kemungkinan reaksi toksin yang bisa terjadi ketika mengolah kayu dari berbegai spesies.
Mac Simmons anggota
Custom Woodworking Business yang bermarkas di Montrose berpendapat bahwa beberapa reaksi yang disebabkan oleh zat kimia tertentu, memuat reaksi yang relatif sama pada beberapa kayu. Kenyataanya, kondisi ini sering kali hanya menyalahkan salah satu material saja (zat kimia), sementara yang sebenarnya terjadi adalah kedua materi tersebut berreaksi satu sama lain; zat kimia dan kayu itu sendiri. Dampak yang ditimbulkan dari reaksi ini, bisa jadi tidak langsung terlihat, seperti alergi, namun baru muncul setelah terjadi proses akumulasi toksin.
Penanganan dengan hati-hati
Setiap orang yang menangani, memotong, mengamplas dan merangkai atau memasang kayu harus ‘sadar diri’ bahwa mereka bisa terkena dampak reaksi berbagai spesies kayu, bain reaksi minor maupun mayor. “Reaksi ini bisa jadi tidak kentara, dan anda bahkan mungkin tidak menyadari proses terjadinya karena dampak rekasi ini yang memiliki sensifitas rendah. Dalam beberapa kasus, seseorang dengan pertahanan tubuh yang kuat, reaksi ini bisa jadi tidak mengganggu. Namun demikian, seseorang lainya justru bisa mengalami reaksi luar biasa hanya dengan menyentuh spesies kayu yang sama,” ujar Simmons.
Reaksi juga bisa terjadi dari penghirupan debu kayu oleh hidung dan mulut atau bahkan ketika debu kayu menempel di kulit. Reaksi bisa terjadi, saat pertama seseorang menyentyj dengan kayu tertentu atau setelah mengerjakannya untuk beberapa tahun. Beberapa racun bersifat akumulatif dan ana tidak akan merasakan dampaknya sampai kandungan toksin di dalam mencapai kadar tertentu.
Dalam mempertimbangkan perbedaan antara softwood, hardwood atau eksotik, debu gergajian harwood, khususnya dari spesies eksotik, bisa membuat sensitif dan bisa menyebabkan beberapa jenis alergi seperti kulit gatal, pengaburan mata, demam, asma, batuk dan penyakit pernafasan. Beberapa spesies kayu yang termasuk berkadar toksin tinggi antara lain: the giant sequoia, hemlock, yews, cypress, cork oak and other oaks, beech, rosewoods, beberapa maples, redwoods dan western red cedar.

Mac Simmons menambahkan, softwoods berpotensi lebih kecil untuk menimbulkan masalah iritasi kulit ataupun ganguan pernafasan, disbanding dengan hardwoods. Namun demikian ada juga orang yang alergi terhadap beberapa jenis softwoods. Getah pada beberapa kayu hijau bisa menyababkan alergi kulit dan iritasi pernafasan ketika terjadi kontak langsung pada jarak tertentu.
Reaksi minor dan mayor papa jenis kayu tertentu ini termasuk pneumonitis alveolotis (hypersensitivity pneumonia); cacat paru-paru permanen (fibrosis); sakit kepala; salviasi; pusing-pusing; muntah-muntah; pening; jantung berdegup kencang; ganguan system pernafasan, mata dan kulit; lemah jantung dan mudah lelah (lungkrah). Reaksi ini bisa ditimbulkan oleh bagian kayu itu sendiri, debu kayu, daun dan kulut kayu dari jenis-jenis tumbuha yang bisa memicu terjadinya reaksi (Untuk informasi lebih lanjut tentang rekasi ini, lihat table berikut. Tabel ini memberikan informasi tentang kandungan toxin, irritant dan sentisizer pada beberapa jenis kayu tertentu.) “Sebagai tambahan, beberapa penelitian di Amerika Serikat mendapati hubungan antara kanker hidung dan saluran pernafasan yang terjadi pada para pekerja pengolahan kayu dengan debu kayu yang berpotensi besar untuk terhirup; kendati demikian, jumlah kasus ini terhitung sangat kecil. Debu kayu memang bisa menimbulkan dampak negatif pada tubuh,” tambah Simmons.
Para pekerja pada plywood. composition board dan bahan kayu olahan lainnya pun harus juga berhati-hati terhadap kandungan kimia seperti; urea-formaldehyde, phenol-formaldehyde resin glues dan pengawet kayu seperti CCA (chromate/copper/arsenate), creosote, zinc, copper napthenate dan bahan kimia lain yang berbahaya.
Mencegah lebih baik daripada mengobati
Pencegahan masalah tersebut bisa dilakukan dengan tindakan sederhana seperti menggunakan masker, pelindung mata, sarng tangan, apron, mantel kerja atau respirator debu dengan NIOSH-approved. “Sistem penghisap dan pengumpul debu yang sesuai dengan ukuran pabrik juga sebagai invesasi kesehatan karyawan; hal ini akan melindungi karyawan, dengan meminimalisir dampak negatif pemrosesan kayu, dengan memperkecil kemungkinan terhirupnya debu kayu ataupun yang menempel di kulit.” kata Simmons. Simmons menambahkan, penggunaan protective gear pun baik dilakukan kapanpun ketika gergaji, mesin bubut, penyambung dan mesing pengumpul bersih dari debu kayu. Para pekerja harus segera mencuci tangan atau mandi, setelah ‘berurusan’ dengan kayu. Dan para manajer perusahaan pun harus memperingatkan ‘dangers in the woods’ ketika melakukan perencanaan produk serta pengawasan kinerja karyawan. Memang diharapkan bisa terjadi kerja sama mutualisme antara perusahaan dan karyawan, dan perlengkapan kerja bagi karyawan, termasuk menjaga kesehatan lingkungan kerja merupakan investasi masa depan bagi keduanya. Bila karyawan sehat, tentu kecenderungan tingkat produktifitasnya pun ‘sehat’. Para pekerja pengolah kayu pun juga harus berhati-hati dalam mempergunakan alat olah kayu dan juga zat kimia berbahaya dalam memroses kayu. “Ingat, mencegah tetap lebih baik dan lebih murah, daripada mengobati,” tandas Simmons.

Tidak ada komentar: